Kebudayaan di Indonesia sangatlah beragam, dan salah satunya tersebar dalam suku-suku yang terdapat di Nusantara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahaun manusia sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, di mana pengetahuan tersebut digunakan untuk memahami lingkungan serta menjadi pedoman dalam berperilaku.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2010, Suku Jawa merupakan suku terbesar dengan proporsi 40,05 % dari jumlah penduduk din Indonesia.
Masyarakat Suku Jawa tidak hanya mendiami pulau jawa, tetapi juga mereka yang berada di luar pulau jawa dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budayanya. Oleh karena itu Suku Jawa dinilai besar dan sangat beragam dari berbagai sisi.
"Sistem Kepercayaan/Religi"
Mayoritas masyarakat Suku Jawa beragama Islam, selain itu juga terdapat masyarakat penganut agam Kristen, Katolol, Hindu dan Budha.
Berdasarkan Buku Daring Antropologi, diketahui bahwa masyarakat Jawa juga percaya terhadap keberadaan arwah,/roh leluhur dan makhluk halus seperti lelembut, tuyul, demit, dan jin
Masyarakat Jawa juga percaya bahwa hidup ini diatur oleh alam, maka mereka bersikap nrimo (pasrah)
Dialnsir dari Portal informasi Indonesia, masyarakat Jawa masih memegang teguh kepercayaan kejawen. Kejawen sendiri merupakan ajaran yang dianut oleh para filsuf Jawa dan merupakan kebudayaan dengan ajaran utama membangun tata krama atau aturan dalam berkehidupan yang lebih baik. Meskipun Kejawen merupakan kepercayaan, sebenarnya Kejawen bukanlah sebuah agama.
Kejawen lebih berupa seni budaya, tradisi, sikap, ritual, dan filosofi masyarakat Jawa yang tidak lepas dari spiritualitas suku Jawa.
Aliran Kejawen ini kemudian berkembang seiring dengan agama yang dianut oleh pengikutnya, sehingga kemudian dikenal sebagai Islam Kejawen, Hindu Kejawen, Budha Kejawen, dan Kristen Kejawen.
Saat ini kepercayaan Kejawen dianggap kuno bagi sebagian orang. Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang menjalankan tradisi, upacara, dan ritual Kejawen seperti nyadran, mitoni, tedhak siten, wetonan, dan lain sebagainya.
"Sistem Kekerabatan"
Dalam Masyarakat Suku Jawa dikenal dengan sistem kekerabatan blateral atau garis keturunan ayah dan ibu. Misalnya menyebut orang tua laki-laki Bapak / Rama, sedangkan orang tua perempuan Simbok / Biyung
Selanjutnya, Kang Mas/Kakang adalah sebutan untuk kakak laki-laki, sedangkan kakak perempuan adalah Mbakyu. Adhi/Dhimas/Dik/Le merupakan sebutan bagi adik laki-laki, sementara Ndhuk/Denok/Di merupakan sebutan bagi adik perempuan
Berbagai sebutan juga digunakan sebagai panggilan bagi saudara, seperti Pak Lik/Bulik merupakan sebutan bagi adik dari orang tua. Sementara itu, sebutan bagi kakak dari orang tua adalah Pakdhe/Budhe
berbagai sebutan dalam sistem kekerabatan tersebut juga dianggap sebagai tata cara sopan santun dalam pergaulan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena masyarakat Jawa sendiri sangan menjunjung tinggi nilai kesantuan dalam berperilaku.
"Sistem Ekonomi"
Perekonomian masyarakat Jawa utamanya berasal dari bidang pertanian.
Masyarakat pedesaan banyak bekerja sebagai petani dan menggarao sawah, selain itu banyak dari masyarakat yang mengerjakan usaha sebagai perajin, seperti mencetak batu bata, membatik, menganyam, hingga menjadi tukang kayu